work executif

Minggu, 08 Mei 2011

“KUBURAN MASSAL”

“KUBURAN MASSAL”
Semakin lebat hujan turun membasahi reruntuhan bukit yang menimbun kampung, roda langit terus berputar, remangnya langit senja berangsur kelam, temaramnya malam dilokasi gempa sangat mengiris hati siapapun yang menyaksikannya…
Pilu memang, tapi apalah hendak dikata, alam sudah tak sanggup lagi menanggung… dosa manusia yang menghuninya…
Ditengah pekatnya malam dan derasnya hujan, sayup ku dengar sesengguk bocah menangis… Lihat Selengkapnya
tak bersuara…
tak ber air mata…
tak berpura-pura…
tapi karena butiran-butiran suci itu telah terkuras habis meratapi bencana yang dating tanpa disangka-sangka…
aku menghampiri sang bocah, dalam kuyup ku tatap mata bening itu..
tanpa semangat hidup…
tanpa gairah perjuangan…
aku tertegun.., kerongkongan ku rasa tersekat duri tajam yang menyakitkan…
tak tahan isak ku bergema, bergetar suara ku memecah heningnya malam…
“ALIIIIF”….
Kupeluk erat berlutut menangis… tak tahu apa yang harus aku katakana… dalam gumam lirih aku berbisik…
“LA ILAHA ILALLAH…”
“Aliif”…!!
“Alif, ini ayah naak…!!”
Semakin erat kupeluk bocah ku, Alif kecilku yang malang..
Menyesalkan aku meninggalkan mereka berdua kelmarin…
Ya.. dua hari yang lalu,
tepat nya tgl 29 september 2009
“Lis!
“Uda tahu, kau ndak suka Uda berjalan malam, masalahnya Uda ndak tega melihat anak kita menangis hendak menurut dengan uda…, kau mengerti kan kata Uda?”
“Iyo uda”
“Biasanya pun Uda kalau berangkat selalu malam hari”
“Tapi perasaan Lisa malam ini sungguh ndak enak da.., lagipula hujan sangat lebat, bagaimana kata uda nak berangkat..?”
“Biarlah Uda naik ojek kebawah”
“Sampai disimpang kampong dalam, nanti Uda minta tolong si Doni kemenakan uda mengantarkan sampai kerumah Induk semang Uda”
“Apa ndak bisa Uda izin dulu untuk sekali ini, setelah ini Lisa ndak akan melarang Uda lagi nak berangkat kapan saja..”
“Kenapa kau berkata begitu”
“Apa yang kau takutkan?”
“Kalau kau takut tidur berdua dengan Alif, pergilah tidur tempat amak”
Ndak enak uda nak minta izin sama pak Haji, beliau selalu baik dengan kita”
“Meskipun untuk sekali ini Uda?”
“Habis bagaimana lagi Lisa, Barang sudah dimuat, besok habis subuh Truk berangkat”
“Uda janji, setelah bongkar muatan dipekan baru, Uda akan langsung pulang…”
“iyo lah da, maafkan Lisa kalau telah membuat Uda tak senang hati””
“Sudahlah, Uda berangkat, jaga anak kita baik-baik ya”
“Assalamu’alaykum!”
“Wa’alaykum salam”
“Hati-hati uda dijalan!”



Terasa hangat pipiku walaupun hujan membasahi tubuhku dan anak ku alif…
“ayah”
Lemah suara pangeran kecil ku memanggil..
“Alif!!, mana amak waang nak, bagaimana Alif bisa ada disini?”
Alif kecilku kembali terisak dalam pelukan ku, hatiku semakin terenyuh, makin erat ku rangkul anak ku, buah hatiku satu-satunya..
Berdiri kaku memandangi bekas kampong kami yang aku sendiri sudah tak tahu dimana posisi rumahku kemarin, karena yang tinggal sekarang hanyalah tanah merah yang menghampar sejauh mata memandang..
Angin berhembus kencang, di iringi hujan yang makin menggila tercurah dari langit..
Alif kecil ku aku temukan tersedu dalam gelap dan kuyup..
Hatiku lintuh…
Betapa tidak, tinggal sendiri meratap tanpa ada seorang pun manusia lain disini…
Karena semua sudah hilang tertimbun oleh runtuhnya dua bukit dari gunung tiga, tak ada yang dapat kulihat disini selain pekatnya malam dalam hujan badai, sambil sesekali kilat menyambar seakan memberi kesempatan padaku untuk sekilas memandang sisa-sisa kehidupan disini yang sebentar lagi pun akan berakhir..
Sekelebat kilat aku lihat air yang mengalir keruh kemerahan bercampur darah.. ya, darah orang kampungku yang tertimbun longsor, bahkan bau anyir nya pun dapat aku rasakan..
Persendian ku bergetar, tiba-tiba aku merasakan ngeri yang amat sangat, bulu kuduk ku seketika berdiri seram..
“Ayaah!!”
Anak ku memekik ketakutan sambil memeluk ku semakin erat..
Aku menoleh ke belakang, tersentak jantung ku sesaat sebelum aku tahu apa yang terjadi..
Tak dapat lagi mengelak..
Tak sempat lagi berlari..
Sekonyong-konyong tanah dan bebatuan bagai air bah raksasa menerjangku..
Aku berusaha berdiri sambil terus memeluk anak ku yang terus berteriak ketakutan..
“Trasss””
“”ahkk!!!”
Sebuah batu besar menghantam kepala ku, aku tumbang, tapi anak ku masih dalam pelukan ku..
Sekali lagi hantaman tanah bercampur batu menerpaku.. sambil terus berusaha melindungi Alif kecil ku, aku tengkurap, berharap bisa selamat.. mulutku terus mengucap kalimah…
Masih dalam keadaan sadar aku dapat memastikan anak ku tak bergerak lagi..
Air mataku bercampur darah mengalir hebat sesaat sebelum bongkahan tanah dan batu sebesar gedung menghantam dan menelan kami dalam ketidak berdayaan…..



Aku dan alifku melayang-layang dalam hujan lebat, badai menerjang galodo gadang terus menghempas mengubur tubuhku yang mungkin saaat ini hanya tinggal tulang belulang…
Pekatnya malam menambah ngeri nya kejadian itu..
Air yang membanjiri lokasi “KUBURAN MASSAL” itu kembali memerah oleh darah para korban.. bau anyir dan busuk bangkai mulai mencemari penciuman…
Dan di alam ku yang baru ini, aku masih mendengar berita bahwa kampungku tak berhenti dilanda musibah ..
Gempa yang masih susul menyusul..
Longsor dan galodo silih berganti.
Jembatan putus..
Hujan yang berkepanjangan…
Air bah banjir melanda…
Dan masih banyak lagi bencana yang terus menambah suramnya kehidupan masyarakat di dunia ku dulu….
M.Alfajri
Pariaman 01 april 2010
“KUBURAN MASSAL” ini sudah dapat di aktifkan NSP nya
- 1. KUBURAN MASSAL KODE:
XL : 10120906
INDOSAT: 170500799… Lihat Selengkapnya
FLEKSI/ESIA/3/AXIS/TELKOMS
EL : 1270070 CARANYA:
XL:
ketik KODELAGU kirim ke 1818
FLEKSI:
ketik RING SUB KODELAGU kirim ke 1212
ESIA:
ketik RING KODELAGU kirim ke 808
3(THREE):
ketik RBT KODELAGU kirim ke 1212
AXIS:
ketik ON KODELAGU kirim ke 333
INDOSAT:
ketik IRING KODELAGU kirim ke 808
TELKOMSEL:
ketik RING SUB KODELAGU kirim ke 1212
 http://www.facebook.com/video/video.php?…kuburan massal

Jadilah orang pertama yang menyukai tulisan ini
Apakah anda menyukai tulisan ini ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar